Tubuh yang Ditulis Kata: Filosofi di Balik Sampul Born to Write

Born to Write, Karya Alexander Mering
Design oleh Alexander Mering

By Dessy Riski

Setiap sampul buku adalah pintu pertama menuju dunia dalamnya. Namun Born to Write karya Alexander Mering bukan sekadar pintu—ia adalah deklarasi. Begitu mata bersentuhan dengan desainnya, kita segera menangkap pesan: inilah kisah tentang seorang lelaki Dayak, Masri Sareb Putra, yang seluruh hidupnya ditenun oleh kata-kata. Tidak ada detail visual yang berdiri sendiri; warna, tipografi, hingga tekstur semuanya bekerja sebagai satu kesatuan yang menyuarakan biografi seorang penulis yang menyalakan literasi dari pedalaman Kalimantan Barat hingga pusat-pusat budaya Indonesia, bahkan dunia.

Latar belakang hitam-putih pada potret Masri, dengan tubuh yang tersusun dari barisan kata (yang berasal dari text buku Born to Write, membangun narasi filosofis yang dalam: tubuh manusia fana, tapi kata-kata abadi. Seolah Alexander Mering ingin mengingatkan kita, seorang penulis sejati tidak pernah benar-benar mati; ia terus hidup dalam jejak teks yang ditinggalkannya. Pada level ini, sampul ini bukan sekadar ilustrasi, melainkan pernyataan eksistensial.

Warna sepia, pigmen cokelat kemerahan yang kaya dan hangat, dipilih sebagai aksen utama. Sepia bukanlah sekadar pilihan estetika. Ia adalah warna arsip, warna foto-foto lama yang menyimpan ingatan, warna tanah hutan yang dalam, warna akar yang meneguhkan identitas Dayak. Sepia mengikat dua dunia: dunia modern tulisan yang dibaca di Kompas atau Tempo, dan dunia asal Masri yang tumbuh dari desa Jangkang Benua, Kabupaten Sanggau. Desain ini seakan berkata, kalimat dan ayat yang lahir dari tangan Masri tidak pernah lepas dari tanah asalnya—hutan, sungai, dan kampung halaman yang membentuk dirinya.

Masri Sareb Putra
Tubuh Masri Sareb Putra yang terdiri dari susunan kata-kata. Desain: Alexander Mering 

Tipografi trajan pro (serif family) pada judul BORN TO WRITE dipilih Mering dengan kesadaran sejarah. Trajan pro adalah huruf yang membawa bobot tradisi, kesan klasik, dan otoritas. Ini bukan huruf main-main. Ia menandai keseriusan sebuah proyek intelektual. Ditambah dengan garamond italic halus pada subtitle Biografi Masri Sareb Putra, desain ini mempertemukan formalitas warisan literasi dengan sentuhan pribadi yang intim. Tipografi tidak hanya berbicara tentang isi, tetapi juga tentang status: Masri bukan sekadar penulis produktif, ia adalah bagian dari tradisi panjang literasi yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Namun yang membuat sampul ini kian istimewa adalah konteks produksinya. Buku Born to Write  juga ditulis oleh Mering, dan cover karya ini adalah cover buku ke-14 rancangannya selama tahun 2025—sebuah capaian luar biasa dalam rentang kreativitas visual. Dari sekitar 284 desain cover buku yang telah ia hasilkan sejak 2009, karya ini menempati posisi unik: ia bukan hanya mendandani sebuah buku, tapi mengartikulasikan filosofi hidup seorang penulis yang seluruhnya bersandar pada kata. Desain ini, dengan segala kesederhanaan warnanya, mengandung beban sejarah: sejarah personal Masri, sejarah literasi Dayak, dan sejarah kerja panjang Mering sendiri dalam dunia desain cover buku.

Secara keseluruhan, sampul ini berfungsi seperti esai visual. Ia menolak gimmick warna-warni atau ilustrasi berlebihan, dan memilih kesederhanaan simbolis yang tajam. Tubuh dari kata, wajah dalam sepia, dan huruf trajan pro yang kokoh adalah tiga lapisan yang menyatu, membentuk narasi bahwa menulis bukan sekadar keterampilan, melainkan takdir. Biografi ini tidak hanya ingin dibaca, ia ingin direnungkan. Dan sampulnya telah menyiapkan kita untuk itu: menatap wajah seorang Dayak yang tubuhnya kini adalah teks, dan teksnya adalah warisan.

Type above and press Enter to search.